oleh Rusdi Warge Betawi pada 13 September 2010 jam 1:07
Sssssstt
...Anda yang saat ini berdiri tegak, berjalan dengan kepala terangkat,
merendahlah, duduklah barang sesaat untuk dapat melihat orang-orang
disekitar yang tengah merangkak, terkapar, bahkan sekarat diterjang
kefakiran, ketidakpunyaan, kebodohan, kemaksiatan dan
ketertindasan.Bukankah hanya dengan merendah semua bentuk keprihatinan
akan terlihat dengan jelas oleh mereka yang berdiri. Dan bukankah jika
terus berdiri mata ini hanya akan lebih terfokus menatap ke depan
sehingga tak jarang kita lupa untuk sesekali saja melihat ke bawah.
Sekedar
mengingatkan, tanpa disadari, harta, keluarga yang bahagia, jabatan dan
kehidupan yang mapan tak jarang membangun ketinggian hati dan
menjulangkan menara harga diri sehingga seringkali kita lupa bahkan
enggan duduk merendah, menyapa dan mengulurkan tangan kepada mereka yang
sudah terbiasa menganga menahan haus dan lapar, terbelalak menyaksikan
pameran kekayaan yang seringkali kita pertontonkan di hadapan mereka,
melewati piring-piring kaleng kosong dan mangkuk-mangkuk plastik tempat
menaruh receh di pinggir jalan.
Sekali lagi,
berhentilah, duduklah barang sesaat agar nampak jelas apa yang
semestinya kita perbuat, agar lebih terdengar suara-suara berbicara
dihati ini.
Anda yang sering berdiri di
mimbar-mimbar membicarakan kebenaran, meneriakkan keadilan, menentang
keserakahan dan kezhaliman, berhentilah berbicara sementara waktu ini.
Sentuhlah ketidakbenaran dengan hati dan tangan, agar kemudian dapat
terkurangi bentuk-bentuk ketidakadilan dimuka bumi, setidaknya yang
nampak didepan mata kepala kita, agar tidak lebih banyak lagi
ketertindasan, dan juga kezhaliman. Berhentilah berbicara kebenaran jika
kita tidak berbuat apa-apa terhadap parade kemaksiatan yang terpampang
jelas di hadapan kita. Urungkanlah bicara kepedulian jika melintas di
mata ini orang- orang menengadah memohon belas kasihan tetapi tak
sedikitpun tangan ini tergerak untuk diulurkan. Pikirkanlah sekian kali
lagi untuk berbicara soal runtuhnya moral selama kita sebenarnya tak
pernah bersungguh-sungguh untuk membangunnya kembali, karena yang kita
lakukan adalah sekedar berbicara dan berteriak.
Setelah
duduk bersama kemudian sementara waktu berhenti berbicara, sekarang
tetaplah diam barang sekejap dan pejamkanlah mata ini.Bayangkanlah
amal-amal yang telah kita kerjakan, bentuk-bentuk kebaikan yang sudah
dilakukan, tak mengapa, justru dengan itu kita akan terus bersemangat
untuk terus melakukan hal-hal kebaikan itu lebih dari yang sudah.
Lanjutkan bayangan itu dengan menghadirkan apa- apa yang belum
tersentuh, terlaksana dan atau belum sempat kita perbuat, dan
menangislah, karena sesungguhnya masih banyak hal kebaikan yang belum
kita kerjakan. Mungkin memang, sudah banyak hal baik dan benar yang
terangkai rapih dan indah dari tangan-tangan ini.Tetapi sungguh, masih
jauh lebih banyak yang belum kita perbuat.Jangan biarkan hati ini
tertutup sehingga semakin berat langkah- langkah ini terayun dan
tangan-tangan ini tergerak untuk membuat bakti lebih baik, lebih banyak
dan berkesinambungan.
Allah menganugerahkan kita
satu mulut sementara dua telinga Dia berikan untuk dapat kita pahami
agar sebaiknya kita lebih banyak mendengar daripada berbicara. Oleh
karena itu, marilah kita mencoba untuk lebih banyak mendengar. Jika
sering sudah kita memberi petuah, nasihat kepada orang lain, sekarang
barang sebentar saja, dengarkanlah mereka berbicara. Untuk dapat
mendengarkan suara mereka, bukalah hati ini karena sesungguhnya bukan
apa yang terdengar keluar dari mulut mereka, tetapi terpenting adalah
mendengarkan hati mereka berbicara. Sungguh, kita akan tahu lebih banyak
kenapa mereka berbuat maksiat, berbuat jahat, zhalim dan karena apa
mereka melakukannya, apa yang mendorongnya sehingga kita pun tahu apa
yang kemudian kita berikan kepada mereka. Dengarkan jeritan-jeritan hati
kaum yang tertindas, sungguh, jeritan hati mereka pun akan menusuk dan
menggedor dada ini untuk tergerak mengulurkan tangan, berbuat dan terus
berbuat untuk kaum fakir dan anak-anak yatim itu. Sekejap ini,
dengarkanlah juga mereka berbicara tentang kehidupan, sungguh, kita akan
jauh lebih memahami hakikat kesederhanaan dan kesahajaan, makna
kerendahan hati dan qona'ah, serta belajar dari mereka tentang bagaimana
berjuang yang sesungguhnya dalam kehidupan.
Maka
kemudian, bangkitlah, berdirilah kembali dan teruskanlah perjalanan
setelah sekian kali kita menyempatkan diri untuk duduk, berhenti bicara,
diam dan mendengarkan orang-orang yang sudah terlalu kenyang dengan
nasihat, celoteh dan janji-janji kita. Namun jangan lupa, ketika berdiri
dan melangkah maju, ajaklah orang-orang yang tadi duduk bersama kita,
papahlah mereka yang suara-suara baru saja kita dengarkan, bantulah
mereka berdiri, ajarkan kepada mereka berjalan untuk maju dan jangan
sekali-sekali meninggalkan mereka, karena bisa jadi, sekali kita
melupakan dan meninggalkan jauh mereka di belakang kita, itu sama dengan
kita membuang kunci surga yang sudah digenggaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar