15 Permainan Tradisional Yang Hampir Punah di Indonesia
Banyak sekali permainan tradisional yang mungkin selama ini udah
kamu lupakan. Tapi mudah-mudahan dengan hadirnya artikel ini kamu bisa
mengenang dan mengingat masa kecilmu dulu. hehe
1. Main Kelereng
Kelereng (atau dalam bahasa Jawa disebut nèkeran) adalah mainan kecil
berbentuk bulat yang terbuat dari kaca, tanah liat, atau agate. Kelereng
adalah mainan kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kaca atau tanah
liat. Ukuran kelereng sangat bermacam-macam, umumnya ½ inci (1.25 cm)
dari ujung ke ujung.
Orang Betawi menyebut kelereng dengan nama gundu. Orang Jawa, neker.
Di Sunda, kaleci. Palembang, ekar, di Banjar, kleker dan di bagian Riau
Pesisir disebut permainan Guli.
2. Main Karet
Karet gelang juga bisa dijadikan mainan yang asyik, antara lain
jepret-jepretan dengan karet gelang. Kulit manusia yang terkena jepretan
karet gelang biasanya tidak apa-apa, tapi bila dijepretkan ke binatang,
muka orang atau terkena mata bisa berbahaya.
Karet gelang juga bisa dilontarkan dengan pistol-pistolan buatan sendiri
dari kayu bekas yang ringan atau sumpit sekali pakai. Di Jepang bahkan
ada kejuaraan nasional menembak karet gelang.
Selain itu, “main karet” pernah populer di kalangan anak angkatan
70-an hingga 80-an. Permainan lompat tali ini menjadi favorit saat
“keluar main” di sekolah dan setelah mandi sore di rumah. Sekarang,
“main karet” mulai dilirik kembali antara lain karena ada sekolah dasar
menugaskan murid-muridnya membuat roncean tali dari karet gelang untuk
dijadikan sarana bermain dan berolahraga.
3. Enggrang
Egrang adalah permainan tradisional Indonesia yang belum diketahui
secara pasti dari mana asalnya, tetapi dapat dijumpai di berbagai daerah
dengan nama berbeda-beda seperti : sebagian wilayah Sumatera Barat
dengan nama Tengkak-tengkak dari kata Tengkak (pincang), Ingkau yang
dalam bahasa Bengkulu berarti sepatu bambu dan di Jawa Tengah dengan
nama Jangkungan yang berasal dari nama burung berkaki panjang. Egrang
sendiri berasal dari bahasa Lampung yang berarti terompah pancung yang
terbuat dari bambu bulat panjang. Dalam bahasa Banjar di Kalimantan
Selatan disebut batungkau.
Egrang terbuat dari batang bambu dengan panjang kurang lebih 2,5
meter. Sekitar 50cm dari bawah, dibuat tempat berpijak kaki yang rata
dengan lebar kurang lebih 20cm. Cara memainkannya adalah dengan berlomba
berjalan menggunakan egrang tersebut dari satu sisi lapangan ke sisi
lainnya. Orang yang paling cepat dan tidak terjatuh dialah pemenangnya.
4. Main Engklek atau Engkek-Engkek
Permainan dengan cara membuat kotak-kotak di jalan atau lantai kemudian
melewati kotak dengan cara melompat dengan kaki sebelah, sambil
mengambil gacuk.
Itulah jenis permainan yang dapa menyatukan kebersamaan sebelum
adanya Playstation, Game Online dan lain-lain hanya ada Gameboot Tetris
waktu itu, itupun tak semua memilikinya karena tak terjangkau harganya
5. Galah Panjang
Galah panjang adalah sebuah permainan meloloskan diri dari para
penjagaan untuk permainan ini biasa dilakukan bulan ramadhan selepas
solat subuh berjamaah, permainan ini menggunakan garis di jalan beraspal
(kalau subuh jarang sekali jalan digunakan) jadi menggaris aspal biasa
digunakan dengan menaburkan pasir atau menggaris menggunakan batu kapur.
6. Meriam atau Legum
Legum (Melayu Kuala Singkawang menyebutnya Lagum dan bahasa Melayu
Pontianak menyebutnya MERIAM) adalah permainan musiman yang terbuat dari
Bambu yang panjangnya kira-kira 2 meter atau 1 meter setengah yang
dibolongin ruasnya dari mulai ruas pertama, kedua dan seterusnya namun
untuk ruas yang terakhir tidak dibolongkan karena untuk menahan minyak
tanah didalamnya agar tidak bocor.
Legum dimainkan saat bulan ramadhan dan berakhir saat lebaran tiba,
untuk bambu yang digunakan tidaklah bambu sembarangan melainkan tebalnya
kurang lebih 1 cm dan untuk mendapatkan suara yang khas dicari bambu
yang sedikit melengkung.
6. Gasing
Pantak gasing bukan hanya permainan anak-anak melainkan permainan orang
tua, saya kurang tau permaianan ini bagaimana proses menilainya karena
kami saat kecil dilarang untuk main gasing karena membahayakan bagi
keselamatan.
7. Sabung Ayam
Sabung ayam adalah permainan adu 2 ayam dalam 1 arena. Biasanya ayam
yang di adu hingga salah satu kabur atau kalah. Bahkan hingga mati.
Permainan ini biasanya di ikuti oleh perjudian yang berlangsung tak jauh
dari arena adu ayam.
Permainan menyabung ayam disebut juga sebagai berlaga ayam. Permainan
ini sudah dimainkan sejak kerajaan Demak. Di salah satu cerita rakyat,
seorang pangeran bermain sabung ayam dan bertemu ayahnya yang telah
membuang ibunya.
8. Benteng-Bentengan
Permainan bentengan adalah salah satu dari permainan tradisional. Di
daerah Jawa Barat permainan ini lebih dikenal dengan nama rerebonan,
sedangkan di daerah lain permainan ini lebih dikenal dengan nama
prisprisan, omer, dan jek-jekan. Dalam permainan bentengan sekelompok
anak-anak membagi diri menjadi dua kelompok yang akan saling berlawanan.
Setelah terbentuk dua kelompok yang saling berhadapan, mereka mencari
posisi masing-masing sebagai basis mereka atau yang di sebut dengan
benteng. Biasanya sebuah tiang atau pilar. Permainan ini tidak
menggunakan alat apa pun. Masing-masing benteng kedua belah pihak harus
terletak agak berjauhan dan dapat dilihat oleh satu sama lain.
Biasanya permainan ini dimulai dengan majunya salah satu pemain
daribentengan-1 salah satu benteng untuk menantang para pemain dari
benteng lawannya. Pemain dari benteng lawannya akan maju untuk mengejar.
Jika pemain dari benteng penantang ini dapat terkejar dan dapat
disentuh oleh pemain lawan, maka pemain penantang dijadikan sebagai
tawanan. Biasanya pemain penantang akan berlari menghindar atau kembali
ke bentengnya sendiri. Teman-teman dari benteng penantang ini, akan
mengejar pemain dari benteng lawan yang memburu tadi. Demikian
seterusnya sehingga terjadi saling kejar mengejar antara pemain dari
kedua benteng. Sering kali terjadi adalah salah satu benteng kehabisan
pemain karena ditawan dan bentengnya dikepung oleh lawannya. Para
pengepung ini, dapat membebaskan teman-temannya yang menjadi tawanan.
Setelah dibebaskan, para mantan tawanan ini dapat turut mengepung
benteng lawannya. Sisa pemain dari benteng yang terkepung, dapat
mengejar para pengepung untuk mempertahankan bentengnya, atau balik
mengirimkan penyerang ke benteng pengepung jika benteng para pengepung
tidak ada penjaganya.
9. Petak Umpet
Petak umpet atau dalam bahasa Inggris Hide and Seek adalah salah satu
permainan tradisional anak-anak yang sudah sangat terkenal. Selain di
Indonesia permainan ini juga sangat digemari oleh anak-anak diluar
negeri. Untuk memainkan permainan ini, kita membutuhkan banyak orang
minimal 4 atau 5 orang. Permainan ini sangat populer dibanding permainan
tradisional yang lain karena permainan ini sangat mengasikan dan juga
banyak manfaatnya.
Sekedar pemberitahuan kalau permainan ini ditempat saya (Bagansiapiapi) namanya Ondok-Ondok hehe.
10. Ketapel
Sebenarnya ketapel ini bukan permainan, tetapi anak-anak sewaktu saya
kecil seringkali memiliki ketapel untuk bermain dan berburu burung.
Permainan dengan ketapel ini adalah dengan lomba menembak sasaran
seperti kaleng bekas atau buah.
Ketapel terbuat dari cabang pohon dan dipotong membentuk huruf “Y”,
peluru ketapel dapat dengan menggunakan batu kerikil atau buah jambu
yang masih kecil. Untuk pelontarnya digunakan karet getah yang di
kepang dan diikat di masing2 cabang ketapel, batu yang menjadi peluru
ditahan di sebuah lembaran karet atau bahan kulit.
Lain daerah lain pula nama istilahnya, tapi disini saya cuma tau nama dari kampung saya yaitu Main Cupang.
11. Patuk Lele
Permainan ini menggunakan alat dari dua potongan bambu/ranting kayu
kecil yang satu menyerupai tongkat berukuran kira kira 30-40 cm dan
lainnya berukuran lebih kecil. Pertama potongan bambu yang kecil ditaruh
diantara lubang yang telah di buat ditanah (bisa juga pakai ganjalan
batu) lalu dipukul oleh tongkat bambu, diteruskan dengan memukul bambu
kecil tersebut sejauh mungkin, pemukul akan terus memukul hingga
beberapa kali sampai suatu kali pukulannya tidak mengena/luput/meleset
dari bambu kecil tersebut. Setelah gagal maka orang berikutnya dari
kelompok tersebut akan meneruskan. Sampai giliran orang terakhir.
Ini salah satu permainan favourite saya waktu kecil, tapi untuk
aturan permainannya saya sendiri sudah lupa. Maklumlah udah ada sekitar
15 tahun yang lalu mainnya hehe. sekarang kan dah tuir(tua) haha
12. Main Pecah Piring
Main pecah piring disini bukan berarti memecahkan piring yang biasa kita
gunakan untuk makan tapi piring disini dibuat dari tutup botol yang
diratakan dan dilobangi tengahnya pake paku dan ada juga yang
menggunakan tempurung kelepa. Dalam permainan dibutuhkan pecah
piring(tutup botol yang sudah dilobangi) sebanyak 10 – 20 keping tutup
botol, 1 Bola Kasti(ada juga yang pake bola lain), Lidi atau kawat yang
ditancapkan ketanah untuk menyusun piringan tutup botol ketika main dan
orangnya minimal 6 orang yang akan dibagi menjadi 2 kelompok.
Susun pecah piringnya didekat lidi/kawat, trus 1 orang menjaga
pecahan piring untuk menangkap bola ketika regu lawan memecahkan
tumpukan piring yang tersusun. Setelah dipecahkan, sipemecah berlari
menghindari lemparan bola dari regu yang jaga. ya sampai situ aja saya
ingat, dah pada lupa..
13. Tembakan Bambu
Permainan yang paling digemari anak kecil terbuat dari bambu dengan
peluru tunas jambu atau kertas yang dibasahi. saya lupa dikampung saya
ntah apa namanya, kalau ditempat lain ada yang nyebutnya permainan
cetoran dan sentokan.
14. Sambar Elang
Permainan ini biasanya dimalam hari terutama pada bulan Puasa setelah
selesai Sholat Tarawih berkumpul ramai-ramai untuk bermain, kenapa
mereka memilih malam hari?? Karena dulunya anak-anak sekolah pada libur
penuh selama bulan Puasa jadi gak perlu tidur cepat-cepat.
Permainan ini terdiri dari 2 tim/kelompok, dimana tim 1 lari dan
bersembunyi didalam kegelapan dan tim 2 harus mencari dan menangkap
semua anggota tim 1. Jika sudah ada anggota tim 1 yang tertangkap,
temannya yg belum tertangkap masih bisa membebaskan teman setimnya ini
dengan cara berlari menyambar temannya yang udah tertangkap tadi agar
yang tertangkap bisa lari dan sembunyi lagi. ya begitulah seterusnya…
Sekarang mah mana ada yang berani main ngumpet gitu malam hari…
15. Main Simbang atau Bekel
Besimbang atau bermain simbang adalah suatu permainan yang terdapat di
Sedanau, Kepulauan Riau. Besimbang mirip dengan bekel, hanya saja, bola
“induk” yang digunakan bukanlah bola bekel yang dapat memantul,
melainkan terbuat dari kulit-kulit kerang ataupun kulit siput yang bagus
dan licin. Permainan ini telah ada sejak zaman kekuasaan Sultan Riau
pada abad XVII.
Jumlah pemain besimbang 2–6 orang, dengan usia 6–7 tahun. Permainan
ini milik kaum perempuan. Artinya, hanya kaum perempuan sajalah yang
memainkannya.
Ada dua cara dalam bermain simbang, yaitu: main nyurang dan main
berundung. Main nyurang, artinya bermain seorang-seorang (individual)
dengan jumlah pemain 2–4 orang. Sedangkan, main berundung adalah bermain
dengan sistem beregu yang terdiri dari dua regu dan jumlah pemainnya
3–6 orang. Aturan mainnya, baik itu main nyurung maupun berundung nyaris
sama, yaitu seseorang harus melambungkan “bola induk”, kemudian
mengambil buah simbang yang berjumlah 5–6 buah. Sekali melambungkannya
pemain diharuskan mengambil buah simbang yang jumlahnya bertambah banyak
(lambungan yang pertama sebuah; kedua dua buah; dan seterusnya). Jika
seluruh simbang telah terambil, maka yang bersangkutan mendapat angka.
Sebaliknya, jika sedang melambungkan “bola induk” tetapi tidak berhasil
mengambil simbang yang ditentukan, maka dia dinyatakan des dan
digantikan oleh pemain lainnya.
16. Layang-layang
Ada catatan yang menyebutkan bahwa permainan layang-layang telah ada di
Cina sejak tahun 2500 Sebelum Masehi. Konon, layang-layang pertama
berasal dari caping petani Cina yang melayang karena diterbangkan angin.
Namun baru-baru ini telah ditemukan lukisan orang yang sedang bermain
layang-layang pada dinding gua di daerah Sulawesi Tenggara. Gua ini
diperkirakan pernah ditinggali manusia suku Muna pada zaman batu.
Layang-layang tradisional suku Muna bernama “Kaghati”. Layang-layang ini masih dibuat hingga sekarang, lo. Kaghati terbuat dari daun ubi hutan yang disebut kolophe dan bambu rami. Benangnya terbuat dari serat nanas. Kaghati sering mengikuti festival layang-layang nasional maupun festival internasional. Kaghati pernah mendapatkan penghargaan dari kalangan pecinta layang-layang sebagai layang-layang paling alami yang masih bertahan hingga saat ini.
Layang-layang tradisional suku Muna bernama “Kaghati”. Layang-layang ini masih dibuat hingga sekarang, lo. Kaghati terbuat dari daun ubi hutan yang disebut kolophe dan bambu rami. Benangnya terbuat dari serat nanas. Kaghati sering mengikuti festival layang-layang nasional maupun festival internasional. Kaghati pernah mendapatkan penghargaan dari kalangan pecinta layang-layang sebagai layang-layang paling alami yang masih bertahan hingga saat ini.
Layang-Layang terbuat dari lembaran bahan tipis berkerangka yang
diterbangkan ke udara. Lembaran tipis ini terhubungkan dengan tali atau
benang sebagai pengendali. Layang-layang memanfaatkan kekuatan hembusan
angin sebagai alat pembumbungnya.
Dijaman sekarang ini semua udah pada berubah, sebagian besar
anak-anak sudah canggih lebih memilih main hp, Play Station dan Didepan
komputer.
Main HP
Main Play Station
iya ya gan, permain jaman dulu lebih atraktif...
BalasHapuskalau sekarang lebih menyita waktu walupun permain lebih mengasikan dan banyak pilihan tapi bisa kurang interaksi dengan sosial sekitar karna ada di dunia maya..
mesti hati2 jangan berlebihan, bisa juga berefek negativ pada perkembangan mental.
thanks gan. sukses deh gan.
izin copaz.
BalasHapus